Jumat, 24 Desember 2010

TUGAS REVIEW

HUBUNGAN INTERNASIONAL

TIMUR TENGAH DAN AFRIKA

HARMINA

2008 – 22 – 068

KELAS A (RABU/PAGI)

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIV. PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

JAKARTA

POLA HUBUNGAN INTERNASIONAL DI KAWASAN TIMUR TENGAH[1]


Timur Tengah dalam Hubungan Internasional

Hubungan internasional secara singkat dapat dikatakan sebagai hubungan antar actor baik itu actor Negara maupun non-negara (akan tetapi, biasanya ditekankan atau dikhususkan pada actor Negara) baik yang bersifat kerjasama maupun konflik. Hubungan Internasional sendiri memiliki beragam kajian, dan salah satu kajiannya adalah kajian kawasan. Diantara berbagai kawasan yang ada di dalam dunia internasional, terdapat sebuah kawasan yang memiliki perbedaan pola hubungan internasional dibandingkan dengan kawasan lainnya. Kawasan tersebut adalah kawasan Timur Tengah.

Secara umum, pola hubungan internasional dikawasan terbagi dua yaitu hubungan internasional secara internal dimana mengkaji hubungan-hubungan antar Negara di dalam sebuah kawasan tanpa adanya tendensi pengaruh luar. Salah satu bentuknya adalah kerjasama ekonomi. Disamping itu, juga mengkaji negara di dalam sebuah kawasan. Dan biasanya bersifat politik luar negeri dari negara tersebut. Pola lain adalah pengaruh dari luar (external influence) yaitu keberadaan aktor-aktor internasional baik aktor negara maupun non-negara (organisasi maupun individu) yang ikut memberi dinamika dalam hubungan internasional di kawasan Timur Tengah.

Timur tengah merupakan wilayah yang memang telah sejak berabad-abad yang lalu dirundung perang dan pergolakan, dan yang menunjukkan tanda bahwa sulit untuk menghadapi pola ini. Intervensi pihak luar, perang antar negara (kawasan tersebut), uang, minyak, agama, kekacauan ekonomi, dan menyusutnya semangat sepertinya mewarnai kawasan tersebut.[2] Timur Tengah sendiri mendapat sebuah julukan yaitu ‘kawasan yang narsis’ karena terdapat keyakinan bahwa seluruh dunia menghabiskan waktunya untuk mengkhawatirkan dan berkomplot perihal Timur Tengah, dan bahwa segala sesuatu yang terjadi di kawasan tersebut adalah berbeda dengan apa yang terjadi di tempat lain, dan segala sesuatu yang terjadi di kawasan baik itu merupakan kejahatan ataupun kebaikan.[3] Akan tetapi, diluar segala pergolakannya, Timur Tengah merupakan kawasan dari kesatuan entitas negara-negara yang stabil.[4]

Sehingga, dapat dikatakan bahwa yang membedakan kawasan Timur Tengah dengan kawasan lain adalah bahwa external influence lebih mewarnai pola hubungan internasional di timur tengah. Hal ini dapat terlihat pada kasus jatuhnya rezim Saddam Hussein.

Republik saddam yang dianggap menyeramkan itu tidak dapat berlangsung lama. Pada tahun 2003 rezim irak mesti kalah akibat invasi ke negara tersebut yang dilakukan US. Dibawah panji-panji “War on Terror” George W. Bush bersumpah untuk merubah rezim di negara-negara yang dia anggap sebagai poros setan.[5]

Saddam adalah seorang yang brutal, tirani, dan berusaha mencari perhatian akan rencananya memiliki senjata pemusnah massal. Oleh karena itu PBB, memkassa Saddam untuk memusnahkan senjata biologisnya oleh PBB.[6] Amerika menganggap bahwa rezim Saddam Hussein sangatlah otoriter dan berkaca pada peristiwa 9/11, Amerika di bawah Bush menganggap bahwa ancaman besar telah datang dari Timur Tengah. Maka dengan alasan demokratisasi Timur Tengah, invasi ini pun dijalankan dengan panji-panji war on terrorism yang mengajak negara-negara di dunia bahkan membentuk pasukan perang (termasuk beberapa anggota NATO) untuk invasi ke Irak.

Alasan tersebut tidak serta merta menjadi alasan bagi Amerika untuk menyerang Irak. Ternyata, invasi tersebut dilatarbelakangi pula oleh bangsa Israel khususnya melalui lobi Israel di Congress, seperti AIPAC dan ADL yang melakukannya secara tidak terang-terangan. Dirut kampanye AIPAC, Steven,selama kampanye menjelang perang irak, melobi congress untuk mendukung perang irak. [7] Dibaliknya terdapat kepentingan kuat Israel yang merasa bahwa Irak adalah ancaman besar dan nyata baginya di regional TImur Tengah. Saddam bukanlah ancaman bagi Amerika, karena bila Saddam punya nuklir, maka Israel,musuhnya, pun terancam. Dari Amerika sendiri pun, invasi ini didasarkan atas cost&benefit yaitu demi menguasai minyak di Irak.

Bahan Bacaan :

Halliday, Fred. 2005. The Middle East in International Relations: Power, Politics and Ideology. Cambridge: University Press.

Kamrava, Mehran. 2005. The Modern Middle East: A Political History since The First World War. California: University of California Press

Mearsheimer, John, Pathon M. Walt. 2010. Dahsyatnya Lobi Israel di Timur Tengah: Bagaimana suatu Kelompok Kepentingan di AS Menciptakan Kepentingan di Timur Tengah, Merusak Israel Itu Sendiri, dan Mengancam Perdamaian Dunia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama



[1] Ryantori, Materi Perkuliahan Hubungan Internasional Timur Tengah dan Afrika. 2010

[2] Fred Halliday The Middle East in International Relations: Power, Politics and Ideology Cambridge University Press 2005 Hal. 14

[3]Ibid., Hal. 10.

[4] Ibid., Hal. 75

[5] Mehran Kamrava, The Modern Middle East: A Political History Since the First World War. Hal. 192.

[6] John Mearsheimer, Pathon M. Walt. Dahsyatnya Lobi Israel di Timur Tengah: Bagaimana suatu Kelompok Kepentingan di AS Menciptakan Kepentingan di Timur Tengah, Merusak Israel Itu Sendiri, dan Mengancam Perdamaian Dunia. Hal. 361.

[7] Ibid., Hal. 382.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar