Senin, 05 Juli 2010

perluasan kerjasama cina dan taiwan 2008

TAKE HOME TEST
EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL II
PERLUASAN KERJASAMA CINA DAN TAIWAN 2008

DISUSUN OLEH :
HARMINA
2008 – 22 – 068

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

JAKARTA
2010

Latar Belakang
Kemunculan Cina yang mampu bertahan menghadapi krisis ekonomi global pada tahun 2008 yang lalu, meyakinkan dunia bahwa konstelasi hegemoni perekonomian berada pada Cina. Ditambah dengan mulainya ekspansi ekonomi Cina ke regional-regional lain seperti menjalin kerjasama menyeluruh dengan ASEAN dengan ACFTA.
Hal ini membuat ketakutan tersendiri bagi negara-negara di kawasannya, termasuk Taiwan. Dapat dikatakan setelah melonjaknya Cina dalam ekonomi internasional, posisi Taiwan cukup terpinggirkan. Semakin berkembang pemikiran satu Cina yaitu Republik Rakyat Cina, bukanlah Republik Cina milik Taiwan. Ketakutan itu juga terjadi pada wilayah-wilayah atau regional lain yang melakukan kerjasama perekonomian dan perdagangan dengan Cina, sebagai contoh ASEAN. Salah satu negara ASEAN, yaitu Indonesia, di dalam negerinya masih terjadi perdebatan sengit antara pihak yang pro dan kontra karena ada asumsi bahwa ACFTA hanya akan menguntungkan satu pihak, yaitu Cina.
Hal ini pula lah yang melanda Taiwan juga dikarenakan adanya keengganan atas dasar ambisi Cina untuk menyatukan kembali wilayah-wilayahnya seperti pada masa jayanya terdahulu, disamping dengan modus penguatan ekonomi sebagai jalan untuk menjadi hegemon, sebelum pada akhirnya pada November 2008, Cina dan Taiwan bersepakat bekerjasama dengan menandatangani perluasan kerjasama pada penerbangan, perkapalan laut, dan kerjasama pada isu keamanan pangan, sebagai usaha untuk menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi juga untuk mendekatkan pulau utama (Cina, sebagai pemerintahan yang diakui) dan Taiwan.
Padahal Cina dan Taiwan mempunyai catatan sejarah yang cukup berliku dalam pencapaian mereka saat ini yaitu kerjasama (khususnya) ekonomi dan perdagangan.







Rumusan Masalah

Hubungan Cina dan Taiwan yang awalnya sangat tidak bersahabat dalam perjalanannya, dimana Cina masih menganggap (dan akan terus menganggap) bahwa Taiwan adalah bagian terintegrasi dari negara Cina, di lain sisi Taiwan menganggap dirinya sebagai negara berdaulat, pada akhirnya mengalami tahap perluasan kerjasama diantara keduanya. Tentu saja hal ini menimbulkan pertanyaan (setelah melalui proses yang panjang) yaitu Bagaimana perluasan kerjasama China dan Taiwan dapat terjadi pada 4 November 2008?

















TELAAH PUSTAKA

Robert O. Keohane, 1984, After Hegemony: Cooperation and Discord in The World Political Economy, New Jersey., Princetion University Press. Hal 47 -132

Rezim internasional merupakan salah satu aspek yang membawa pengaruh besar terhadap adanya suatu stabilitas internasional. Rezim internasional memfasilitggasi kerjasama lewat aturan, norma, prinsip, dan proses pembuatan kebijakan, dan berasal atau dikonstruksikan oleh hegemoni yang ada, yang membentuk cara pandang aktor satu sama lain. Ruggie dan Krasner, rezim menjadi wadah yang memfasilitasi dan apakah hubungan yang ada apakah ada konflik dan perbedaan
Rezim memiliki keterkaitan dengan adanya sebuah kerjasama yang membuat para aktor (negara) dapat terus bertahan dan mencapai kepentingannya. Di dalam kerjasama juga terdapat hegemoni dimana hegemoni merupakan suatu hal yang mendominasi baik melalui budaya, ideologi, dan aspek lain diluar militer. Hegemoni ini memunculkan order yang menjadi konsep dari suatu rezim internasional. Yang perlu dicatat adalah bahwa kerjasama tidak bergantung pada suatu hegemoni, akan tetapi hegemoni lah yang bergantung pada jenis kerjasama asimetris. Kerjasama ini terjadi bukan hanya karena shared interest yang nantinya akan menciptakan sebuah rezim baru, melainkan (juga) adanya keadaan untuk mempertahankan keberlangsungan suatu rezim sehingga tercipta suatu bentuk kerjasama. Jadi kerjasama dapat tercipta dan rezim berlangsung tanpa adanya hegemoni.
Keberadaan rezim dipengaruhi 3 aspek yaitu harmony, cooperation, dan discord. Discord merupakan lawan dari harmonisasi, menstimulasi kebutuhan untuk penyesuaian kebijakan, dimana dapat membawa kepada hubungan kerjasama atau bahkan malah makin mempertajam perselisihan. Lalu, harmony merupakan suatu kondisi dimana kebijakan suatu aktor (tanpa memperhatikan kepentingan dari aktor lain) dianggap oleh aktor lain sebagai sarana pencapaian tujuan aktor lain. Lalu, kerjasama muncul sebagai reaksi dari konflik atau berpotensi menimbulkan konflik. Tanpa adanya momok atau ketakutan konflik, tidak perlu diadakannya kerjasama. Setiap kebijakan aktor (mengejar tanpa memperhatikan kepentingan dari aktor lain) diperhatikan oleh aktor lain sebagai penghalang dalam upaya pencapaian tujuan mereka.




Akan tetapi ketika usaha tersebut dilakukan untuk penyelarasan kebijakan dan tiap kebijakan-kebijakan aktornya menjadi semakin cocok (shared interest) dengan yang lainnya maka dapat dikatakan situasi ini sebagai kerjasama atau dengan kata lain kerjasama terjadi ketika tindakan dari individu atau organisasi yang berbeda—yang dulunya tidak harmonis—dibuat agar sesuai dengan satu sama lain melalui proses negosiasi, dimana biasanya disebut sebagai “koordinasi kebijakan.”

Charles E. Lindblom mendifinisikan koordinasi kebijakan sebagai berikut (1965, hal. 227) :

Suatu rangkaian kebijakan (adalah) terkoordinasikan jika telah dibuat penyesuaian di dalamnya, sehingga konsekuensi yang merugikan dari keputusan manapun hingga derajat dan frekuensi tertentu, dapat dihindari, dikurangi, diimbangi, ataupun digantikan oleh kebijakan lain yang lebih sesuai atau berbobot.


Dalam melihat hubungan Cina dan Taiwan, maka konsep yang paling tepat digunakan berdasarkan perkembangan hubungannya yang diawali oleh konfrontasi dan diakhiri dengan kerjasama yang tentunya melewati proses yang cukup panjang dan membutuhkan penyesuaian-penyesuaian dan didasarkan atas shared interest, adalah KERJASAMA dan diperkuat oleh Charles E. Lindblom dalam definisi koordinasi kebijakannya.











PEMBAHASAN
Awal hubungan Cina dengan Taiwan pun dapat dikatakan merupakan hubungan yang konfrontatif—penuh perselisihan. Karena, menilik dari sejarah hubungan keduanya, mereka (dulunya) merupakan kesatuan Cina yang kemudian terpecah akibat perang saudara antara kaum komunis dan kaum nasionalis. Kemudian perang (secara fisik) diakhiri dengan kemenangan Cina Komunis pimpinan Mao Zedong tahun 1949 yang kemudian memproklamirkan berdirinya Republik Rakyat Cina, serta mengusir cina Nasionalis Cheng Kay-Sek ke Pulau Formosa (saat ini disebut Taiwan).
Perselisihan diantara mereka tidak selesai begitu saja. Dalam politik hubungan internasional, mereka berdua masih saja bersikap bertentangan. Di satu sisi, Cina menganggap bahwa Taiwan adalah penghianat atau pemberontak terhadap Pemerintah Pusat (yaitu Republik Rakyat Cina) dan Cina masih menganggap bahwa Taiwan merupakan bagian dari wilayah Cina bukannya bagian Cina yang memerdekakan diri dan berdaulat. Di lain sisi, Taiwan menganggap bahwa dirinya telah berdiri sebagai sebuah negara yang berdaulat yang berhak melakukan hubungan dengan negara lain sebagai sebuah negara. Dan dapat dikatakan bahwa yang sangat mempengaruhi peruncingan perselisihan antara Cina dan Taiwan adalah Amerika.
Setelah kekalahan Jepang dari sekutu, Amerika pun segera mengambil tindakan untuk mengamankan Asia Timur dari pengaruh komunisme dengan memerintahkan Jepang untuk meligitimasikan tentara dan segala atributnya kepada Chiang Kay-Sek. Disini, Amerika sudah memiliki pengaruh terhadap Cina. Uni Soviet pun tidak kalah, dia membantu pergerakan dari kelompok komunis. Dalam perkembangannya pun, Taiwan masih tetap saja dibayang-bayangi Amerika dalam gerak-geriknya di dunia internasional. Bahkan dalam PBB pun terjadi persaingan sengit antara siapa yang akan menjadi wakil resmi Cina dalam PBB, Republik Rakyat Cina kah atau Republik Cina? Akhirnya yang menjadi wakil resmi dewan keamanan tetap adalah Cina.
Hubungan mereka masih tetap belum berubah, begitu pula Amerika—sebagai pihak yang menjadi penggerak Taiwan—masih mengakui Taiwan sebagai representasi dari Cina dan dengan Doktrin Truman nya berusaha membendung komunis termasuk di wilayah Asia Timur. Pada saat pecah Perang Korea 1950, untuk mengamankan Taiwan dari usaha penaklukan komunis maka AS mengirim Pasukan ke-7 serta menghadang intervensi Cina di dalam perang tersebut. Kemudian pada tahun 1954 Amerika dan Republik Cina menandatangani pakta pertahanan bersama –dengan tujuan yang sama melindungi Formosa dari komunis—dengan dalih menjaga perdamaian dunia.
Akan tetapi kemudian ternyata terjadi diplomasi rahasia antara Amerika dan Cina. Amerika ingin Membuat evolusi sejarah, yaitu hubungan cina dan amerika yang dulunya konfrontatif dan berlawanan dapat berubah menjadi saling bekerjasama dalam membangun dunia. Mereka berperan seolah mereka berkonfrontasi dan berlawanan apalagi ideologinya, sehingga mereka pun menjalankan rencana mereka. Amerika mengatakan bahwa mereka pada dasarnya tidak akan menghalangi niat dan kepentingan Cina terhadap Taiwan, karena Amerika menganggap bahwa Cina sangat berpotensi untuk menjadi negara yang raising dan berpengaruh di bangsa Asia khususnya negara-negara Indo-Cina. dia berusaha mendekati cina karena dengan kerjasamanya bersama Cina, stabilitas dunia terjaga. Amerika menggunakan permasalahan Taiwan memperkuat bargaining positionnya terhadap Taiwan. Perang di Indo-Cina pun ternyata Cina dan Amerika telah mengaturnya. AS menjadikan jepang sebagai negara pem-balance Cina di Asia timur. Amerika memilih Cina karena cina tidak memiliki kecenderungan untuk ekspansionis (yang tentunya dapat mengancam hegemoni Amerika) karena telah merubah sistemnya. Jepang memiliki potensi infrastruktur untuk membangun dan ekspansionis.
Lalu pada tahun 1971 PBB mengakui Beijing Rep. Rakyat Cina sebagai perwakilan resmi cina dan mengusir kedudukan Chiang Kay-Sek. Sesuai yang direncanakan, pada tahun 1972, Nixon berkunjung ke RRC bertemu Perdana Menteri Chou En-Lau dan membahas mengenai normalisasi hubungan mereka bahkan untuk sering mengadakan kunjungan rutin. Amerika mengatakan bahwa mereka hanya mengakui satu cina yaitu RRC dan akan menarik seluruh pasukannya di Taiwan. Mereka menentang usaha untuk adanya suatu negara menjadi hegemoni di asia pasifik. Bahwa mereka berdua harus menjaga kerjasama demi keamanan indo-cina dengan juga AS menarik pasukannya. Mendorong jepang untuk maju demokratis dan mandiri.mengakui bahwa Taiwan adalah bagian dari Cina.
Tahun 1973 Cina mengatakan bahwa akan sulit bekerjasama dengan Taiwan karena mereka pembangkang, menyatakan kepada Amerika (Kissinger). Kemudian pada tahun 1979, terjadi reformasi ekonomi Deng Xiao Ping yang juga pada tahun itu secara resmi Amerika dan RRC menjalin hubungan diplomatic, dan di satu sisi Amerika memutuskan hubungan diplomatic dengan Taiwan. Akan tetapi Amerika dan Taiwan tetap memiliki hubungan non governmental. Bahkan AS pun masih memberikan perlindungan keamanan bagi Taiwan. Pada tahun 1981 Pemimpin RRC Ye Jianying membujuk agar Taiwan mau kembali bergabung dan berada dibawah Cina dengan status sebagai wilayah otonomi atau administrasi khusus bebas dari campur tangan pusat. Bahkan diberikan subsidi. Pengusaha dapat berinvestasi dan melakukan kegiatan ekonomi di atau terhadap pusat.
Mengetahui bahwa Amerika intensif berdagang senjata ke Taiwan, maka pada tahun 1982 PRC menekan AS agar menghentikan perdagangannya tersebut dan menganggap bahwa banyak pelanggaran kesepakatan dilakukan AS.
Cina selalu berusaha untuk menggaet hati Taiwan dengan penawaran-penawarannya. Seperti pada tahun 1983 dan 1984, Deng Xiao Ping menegaskan adanya “Satu Cina, Dua Sistem” bahkan menjadikan Taiwan sebagai daerah otonomi khusus yang bebas berpolitik sendiriPada tahun 1983, Deng Xiao Ping menawarkan persatuan secara damai dan menjabarkan hak-hak yang didapatkan kelak oleh Taiwan. “Satu cina dengan dua sistem.” Kembali ditekankan pada 1984, “One China, Two Systems”. Pada tahun 1987 mengenai masalah Hong Kong dan Macau, dengan mengatakan bahwa cara untuk perkembangan cina adalah stabilitas politik,.
Di tahun 1987 pun Taiwan mengunjungi Cina dan menjalin hubungan dagang lintas selat, akan tetapi tidak mau hubungan politik dengan pulau utama, meskipun diimingi posisi yang lebih khusus dibanding otonomi khusus Hongkong. dan pada 1992, mereka membuat persetujuan menganut satu Cina. Sayangnya dibatalkan beberapa bulan setelahnya karena terjadi beda persepsi PRC selalu menganggap bahwa Taiwan merupakan bagian terintegrasi cina. Sedangkan ROC menganggap bahwa mereka adalah entitas merdeka dan berdaulat tak dibawah kendali PRC. Mereka berhak mengadakan hubungan diplomatic dengan negara manapun.
Bahkan untuk menyamakan persepsi atau pandangan mereka diadakanlah pada tahun 1993, pembicaraan antara SEF (Taiwan) dan ARATS (Cina) dan gagal dalam membicarakan masalah pergabungan kembali., dan terhenti saat Cina meluncurkan misilnya di perairan dekat Taiwan, tahun 1996. Meskipun demikian,sejak tahun 1990-an Cina telah membuka negaranya agar Taiwan bisa berinvestasi disana,dan terbukti di 1994 perdagangan dan investasi Cina dan Taiwan berkembang dengan cukup baik. Di tahun 1990 investasi Taiwan di Pulau utama mencapai 1 miliar dolar AS dan meningkat pada tahun 1993 mencapai 2,5 Miliar dolar AS. Bukan hanya investasi saja, tetapi juga aliran perpindahan/ transportasi dari Taiwan ke Cina.

Cina pun (semakin) berusaha menunjukkan ketertarikannya dengan melakukan negosiasi dan kerjasama dalam ekonomi dan kebudayaan. Akan tetapi pada tahun 1995 Cina marah karena Taiwan berusaha mengatakan pada dunia mereka independen, untuk itu pada tahun 1996 dilakukanlah penyerangan terhadap wilayah sekitar Taiwan. Pada tahun 1997 Lee mengunjungi pulau utama(pusat pemerintahan) dan menyarankan Cina dan Taiwan mengakhiri permusuhan, dan mendesak Beijing untuk membuat pakta perdamaian bersama. Apalagi pada saat itu terjadi krisis financial yang melanda asia, Kedua negara tersebut segera memfokuskan perhatian pada ekonomi dan mulai bernegosiasi seperti tahun 1998 diadakan pertemuan antara pemimpin SEF (Taiwan) dan ARATS (Cina). Hal ini agar mereka berdua dapat membendung kejadian yang sama apabila kelak terjadi.
Sebagaimana diketahui bahwa di dalam negara Taiwan terdapat perbedaan pandangan antara KMT (kuo min tang) dengan DPP (Democratic People Party ). KMT mendukung agar Taiwan merapat ke Cina sedangan DPP mendukung Taiwan yang berdaulat. Pada tahun 1997 hongkong kembali ke pangkuan Cina, dan Macau menyusul bergabung dibawah kedaulatan Cina pada tahun 1999. Sayangnya pemilu Taiwan tahun 2000 berasal dari partai DPP yaitu Chen Shun Bian, dan selama periode 1996-2000 kembali lagi ada Amerika dibaliknya. Hubungan Cina dan Taiwan takkan bisa dilepaskan dari pengaruh Amerika.. Sejak naiknya Chen maka Taiwan selalu berusaha menjadi negara Berdaulat bukan bagian dari Cina. Ini juga didasarkan atas pernyataan Bush berikut (yang menjadi presiden AS 2001) yaitu jika orang Taiwan tidak mau bersatu dengan pulau utama sampai cina menjadi negara demokrasi, Amerika punya tanggung jawab moral dan berstrategi memerintah agar sikap tersebut dihormati.

Atas dasar tekanan dari Bush maupun dari Taiwan yang menghendaki Cina menjadi lebih demokratis, bebas, kesetaraan kemakmuran, dan agar dapat menjadi Cina yang bersatu. Hal ini pun (akhirnya) diwujudkan oleh Cina dan dengan jelas tertera pada buku putih perkembangan perdamaian Cina tahun 2005 yaitu Promoting World Peace and Development with China's Own Growth. Cina terbuka untuk memberikan bantuan-bantuan kepada negara-negara yang mengalami kesulitan perekonomian pada krisis. Hal ini tentu saja jauh berbeda dengan peristiwa Tiann Anmen pada tahun 1989 yang menunjukkan betapa tidak demokratis dan berperikemanusiaannya Cina. Maka sejak saat itu, diadakanlah pembicaraan untuk membahas lebih lanjut hubungan Cina dan Taiwan, khususnya saat Taiwan dipimpin oleh Ma Ying-Jeou yang mempercayai bahwa haruslah mempererat hubungan dengan Cina untuk meningkatkan perekonomian Taiwan.
Cina pun kemudian maju dan berkembang bahkan menjadi negara dengan GDP terbesar di Asia, bahkan perekonomiannya yang mampu mengekspansi dan mengalahkan negara-negara besar.kedudukan Cina semakin diperhitungkan. Lain halnya dengan Taiwan yang semakin terpinggirkan, apalagi kalau mereka menginstitusionalkan dan normalisasi perdagangan mereka. Disamping itu juga ada desakkan-desakkan dari ASEAN dan Amerika agar menandatangani perjanjian perdagangan keduanya, bahkan dari pengusaha-pengusaha dalam negeri demi kepentingan bisnisnya—bisa jadi kalau Taiwan masih termarjinalisasikan dan tidak meratifikasi perjanjian itu, maka manufaktur negaranya akan kalah, begitu juga investasi akan dialihkan kepada negara yang berada di regionalnya yaitu Cina yang memang diakui. Dan pada akhirnya, pada November 2008, ditandatanganilah kerjasama Cina dan Taiwan pada persoalan izin terbang, ketahanan pangan, lalu lintas air, serta layanan surat langsung, yang sejak tahun 1994 menghasilkan nominal yang cukup banyak bagi negara Cina dari Taiwan, maupun sebaliknya.



KESIMPULAN
Hubungan antara Cina dan Taiwan memang tidak dapat dipisahkan dari campur tangan Amerika. Hal ini memang sudah terjadi sejak Civil War berkecamuk antara komunisme dan nasionalisme. Bahkan ada konspirasi yang dilakukan Amerika yang juga melibatkan Cina dalam politik internasional. Jadi dapat dikatakan bahwa Amerika Serikat memiliki pengaruh dalam kelangsungan rezim yang ada (memang bersifat politis), dimana dia juga turut serta dalam proses konflik maupun damai dari negara Cina dan Taiwan, bahkan dapat dikatakan kerjasama yang ada pun difasilitasi oleh dia, karena sebagai hegemoni, dia membutuhkan kerjasama Cina Taiwan untuk meningkatkan stabilitas (khususnya perekonomian) di Asia Timur.
Sesuai dengan konsep kerjasama bila dikaitkan dengan pembahasan bahwa memang benar, suatu kerjasama diawali dengan konflik dari para pelaku. Dan disini Cina melihat kepentingan dari Taiwan untuk independen yang bertentangan dengan pemikiran Cina bahwa Taiwan tetaplah merupakan bagian dari Cina. Akan tetapi, intensitas ketegangan tersebut dapat diredam ketika mereka memiliki shared interests yaitu kedua negara tersebut focus untuk meningkatkan perekonomian mereka. Lalu setelah melewati berbagai proses, mereka pun berupaya untuk membuat penyesuaian terhadap tuntutan atau harapan dari negara yang diajaknya bekerjasama itu seperti permintaan demokratisasi pun dilakukan oleh Cina atas permintaan Taiwan. Karena Taiwan menganggap bahwa baik Cina maupun Taiwan memang berkewajiban melakukan hal tersebut dalam rangka mewujudkan kerjasama yang padu dan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar