Jumat, 24 Desember 2010

Berakhirnya Perang Dingin

Menjelang berakhirnya Perang Dunia II antara Sekutu dan Poros, ternyata telah tercipta benih-benih permusuhan antara Amerika dan Uni Soviet. Kubu Amerika semakin mencurigai pihak Uni Soviet yang semakin gencar melakukan pergerakkan khususnya di negara-negara Eropa Timur, yang tak lain bertujuan untuk menyebar paham komunismenya seperti di Finlandia, Romania, dan Polandia. Di lain sisi, Amerika berusaha untuk mencegah ekspansi Uni Soviet di Eropa Barat dengan usaha untuk melakukan liberalisasi serta demokratisasi di Eropa Barat serta bantuan kepada Eropa yang luluh lantah akibat perang dengan Marshall Plan nya. Bahkan kebencian Uni Soviet tumbuh saat mengetahui intelijen mereka mengetahui Manhattan Project yaitu istilah untuk program atom Amerika (maka pada masa Perang Dingin ini pula berkembang pesatlah praktik spionase).
Maka kedua negara itu pun, sejak saat itu, melakukan usaha untuk meningkatkan dan menyebarkan pengaruhnya ke seluruh dunia, seperti melalui Pakta Wina maupun NATO. Mereka menjatuhkan satu dengan yang lainnya dengan menjadikan negara-negara tersebut sebagai sasaran. Apalagi, banyak negara-negara seperti di Asia dan Afrika yang baru saja merdeka atau masih mengalami pergolakan di dalam negerinya. Inilah yang kemudian menjadi sasaran bagi kedua negara tersebut untuk menjadi hegemon, seperti Perang Vietnam, Perang Korea, dsb, baik itu berupa pemberian bantuan maupun pasukan-pasukan perang. Sebagai contohnya adalah Perang Vietnam yang akhirnya berujung pada kemenangan komunis Vietnam pada tahun 1975. Hal ini memberikan efek buruk bagi perekonomian Amerika yang bisa dikatakan habis-habisan pada saat itu digunakan untuk perang Vietnam sebagai salah satu realisasi Containment Policy.
Pada masa Perang Dingin ini bukan hanya persaingan antarkedua negara besar tersebut yang mewarnai politik internasional baik arm race maupun usaha penyebaran pengaruh khususnya di negara-negara berkembang, tetapi juga perekonomian memberikan warna pada dinamika politik internasional, seperti yang telah dicontohkan di atas yaitu kekalahan Amerika di Perang Vietnam. Disamping itu, munculnya negara kekuatan ekonomi baru seperti NICs (Taiwan, Singapura, dan Korea Selatan), Cina, Jerman, dan Jepang. Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa Jerman dan Jepang tergabung dalam negara Axis (poros) yang ditaklukan oleh Sekutu pada Perang Dunia II. Kedua negara tersebut mendapat sangsi untuk melakukan demiliterisasi yang ternyata memberikan keuntungan bagi mereka untuk focus pada perkembangan perekonomiannya dan mereka mendapat payung militer dari Amerika.
Seiring perseteruan antara AS dan Uni Soviet berjalan, berbagai kejadian-kejadian muncul memberi dinamika pada politik internasional yang kemudian berujung pada berakhirnya Perang Dingin dengan kemenangan untuk pihak Amerika. Beberapa kejadian tersebut antara lain adalah Krisis Misil Kuba yang hampir memicu Perang Dunia III. Serta gejolak yang terjadi di Uni Soviet yang pada akhirnya meretakkan dan meruntuhkan Uni Soviet dengan reformasi Perestrroika dan Glasnost pada tahun 1991. Penyebabnya adalah perekonomian Uni Soviet yang tidak mengalami perubahan bahkan semakin merosot karena pengeluaran besar-besaran untuk perang, sehingga menghasilkan ketidakpuasan dari semua kelompok di Uni Soviet, dan memudarnya eksistensi komunisme di dunia. Hal ini memberi dampak pula pada komunisme di Eropa Timur yaitu Jerman Timur, yang pada akhirnya meruntuhkan Tembok Berlin. Pada masa menjelang berakhirnya Perang Dingin, Uni Soviet dan Amerika bersama melakukan pembicaraan dan puncaknya yaitu melalui penandatanganan Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty yaitu kesepakatan untuk mengeleminasi senjata nuklir keduanya selang 1987-1991, maka Perang Dingin pun berakhir.
Poin penting kekalahan Uni Soviet adalah bahwa dia tidak mampu memperkuat integrasinya dikarenakan perekonomian yang semakin lemah dan merosot yang bersumber pada pengeluaran untuk bantuan perang komunisme di dunia, berbeda dengan Cina yang melakukan reformasi perekonomian di bawah Deng Xiao Ping. Disamping itu juga ada kesadaran dari Amerika Serikat sendiri bahwa dia mengalami penurunan kapabilitas perekonomian akibat upaya-upaya untuk membendung komunisme bahkan untuk ikut berperang dalam Perang Vietnam dan Perang Semenanjung Korea. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa perekonomian memberikan dinamika pada politik internasional, dalam hal ini pada masa Perang Dingin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar