Rabu, 29 Desember 2010

CONFLICT BETWEEN NORTH KOREA AND REPUBLIC OF KOREA- tugas Hukum Internasional - Harmina 2008-22-068, FISIP HI UPDM (B)

CONFLICT BETWEEN NORTH KOREA AND REPUBLIC OF KOREA

1. What Is The Symptom ?

Memanasnya kembali hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan, dilatarbelakangi oleh rudal latihan yang ditembakkan oleh Korea Utara di wilayah perairan tepatnya Pulau YeonPyeong. Pulau tersebut merupakan salah satu pulau yang dipersengketakan oleh Korea Utara dan Korea Selatan. Pulau tersebut masuk kedalam Zona Demiliterisasi (DMZ) yang merupakan penyangga selebar empat kilometer di sepanjang perbatasan yang ditetapkan berdasarkan perjanjian gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea, yang melibatkan pasukan PBB pimpinan AS membantu tentara Korsel melawan pasukan Korut yang dibantu pasukan China.[i] Insiden perbatasan ini merupakan yang paling serius sejak perang 1950-1953.[ii]

Perseteruan antara Korea Utara dan Korea Selatan diawali dari Perang Saudara berakar dari perbedaan ideologi. Korea Utara dengan komunisme, di sisi lain, Korea Utara dengan liberalisme nya. Hal ini tidak terlepas dari kondisi politik dunia pada saat itu yaitu Perang Dingin, dimana Amerika Serikat dengan containment policy[iii] dan Uni Soviet dengan komunisme-nya menyebarluaskan paham mereka ke seluruh dunia, dan pada saat itu khususnya di negara-negara Asia, termasuk Asia Timur. Amerika Serikat gencar memberian bantuan dan tenaga militer kepada Korea Selatan demi mengusir komunisme di Korea Utara. Di satu sisi, Uni Soviet pun juga memberikan bantuan militer kepada Korea Utara. RRC sebagai tetangga yang komunis, membantu Korea Utara untuk memukul mundur pasukan Korea Selatan dan tentara PBB.

Perang Semenanjung Korea ini pun berakhir pada dengan ditentukannya perbatasan yang memisahkan kedua bagian korea ini menjadi 2 negara, Korea Utara yang komunis dan Korea Selatan yang liberalis. Sejak saat itu pun, perseteruan keduanya tetap berjalan meskipun mengalami pasang surut.

2. Who Are The Player ?

Perseteruan antara Korea Utara dan Korea Selatan ini merupakan hal yang menentukan Konstelasi keamanan regional di wilayah Asia Timur itu sendiri. Aktor-aktor yang terlibat dalam hubungan antara kedua negara ini adalah (yang paling utama adalah) negara-negara di kawasan Asia Timur itu sendiri seperti Cina dan Jepang, juga aktor dari luar region Asia Timur yaitu Amerika Serikat dan Rusia.[iv]

3. What Is The Growth Engine ?

Pemicu dari konflik tersebut adalah persengketaan wilayah. Sebagaimana realist menganggap bahwa kedaulatan wilayah termasuk integrasi seluruh wilayahnya merupakan hal penting karena disanalah kedaulatan politik negara tersebut berlaku. Memanasnya konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan, dapat memicu munculnya Perang Nuklir. Hal ini dperkuat oleh pengakuan pejabat Korea Utara secara terang-terangan seputar peningkatan pengayaan uranium kepada Siegfried Hecker, pakar nuklir AS saat berkunjung ke fasilitas nuklir Yongbyon.[v] Hal ini menjadi kekhawatiran dari masyarakat dunia, khususnya aktor-aktor yang secara kuat terlibat dalam konstelasi konflik dua negara ini, yaitu Rusia, Amerika Serikat, Jepang, dan Cina.

Cina, sebagai sekutu Korea Utara, mengkhawatirkan memanasnya hubungan Korea Utara dan Korea Selatan ini, khususnya pasca penembakan artileri Korea Utara di Pulau Yeonpyeong.[vi] Hal ini memberikan dilemma tersendiri bagi Cina. Jepang pun merasa terancam, karena Jepang telah lama menganggap Korea Utara sebagai ancaman militer karena program nuklir dan rudalnya. Hubungan antara Jepang dan Korea Utara pun memang telah tegang selama bertahun-tahun. Bahkan, Tokyo menggunakan kebijakan keras terkait program militer Pyongyang serta aksi penculikan warga Jepang selama Perang Dingin untuk melatih mata-mata.[vii]

Aktor lain di luar kawasan Asia Timur, Rusia, menganggap bahwa kejadian tersebut dapat berpeluang menjadi aksi militer yang membahayakan keamanan Asia Timur[viii] dan dapat meluas ke keamanan internasional. Amerika Serikat pun, sebagai sekutu sekaligus partner dagang Korea Selatan, mengecam serangan artileri Korea Utara terhadap sebuah pulau Korea Selatan dan meminta aksi itu dihentikan.[ix]

4. Faktor penyebab konflik ?

v Korea Utara diduga kuat menorpedo kapal Angkatan Laut Korea Selatan (Cheonan) di lepas pantai pulau Baengyeong, 26 Maret 2010.

v Korea Selatan menjadikan pulau di wilayah sengketa, sekitar Zona Demiliterisasi perbatasan kedua negara, sebagai kawasan wisatanya.

v Latihan perang laut multinasional antara Korea Selatan, Amerika Serikat, Jepang, dan Australia, 13-15 Oktober 2010.

v Korea Utara menyerang pulau perbatasan Korea Selatan, dan menewaskan warga sipil dan sejumlah pasukan militer, 23 November 2010.

5. Expand The Frame

Konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan sebenarnya sudah sejak lama terjadi khususnya ditandai dengan Perang Korea yang kemudian berakhir pada 1953. Perang tersebut hanya diakhiri dengan dengan perjanjian gencatan senjata,[x] antara kedua pihak, dan penentuan daerah netral oleh PBB di Semenanjung Korea.

Akan tetapi, konflik ini kembali muncul ke permukaan dengan tensi yang tinggi pada saat Korea Utara menorpedo kapal Angkatan Laut Korea Selatan (Cheonan) dengan lebih dari 100 orang tenggelam, pada 26 Maret 2010,[xi] di lepas pantai pulau Baengyeong dekat perbatasan yang disengketakan.[xii] Sikap ini muncul atas dasar ketidaksenangan Korea Utara atas upaya Korea Selatan menjadi Zona Demiliterisasi sebagai wilayah untuk kunjungan bahkan wisata.[xiii] Sehingga hal ini dianggap cara untuk memberi peringatan kepada Korea Selatan untuk tidak mendekati zona tersebut.

Konflik semakin memanas karena Korea Selatan berpartisipasi dalam latihan perang laut multinasional di wilayah yang dipersengketakan, pada 13-15 Oktober 2010, atas nama Prakarsa Keamanan Proliferasi (PSI) yang dipimpin Amerika Serikat dengan sandi "Eastern Endeavor 10". Sekitar 10 kapal perang dan pesawat tempur dari Korea Selatan, AS, Jepang, dan Australia ikut ambil bagian dalam pelatihan tersebut. Hal ini dianggap sebagai provokasi militer dan pernyataan perang terhadap Korea Utara.[xiv]

Akibatnya, Korea Utara melakukan penembakan ke Pulau Yeonpyeong pada 23 November 2010. Ketegangan diantara kedua negara tersebut bertambah. Amerika Serikat dan Jepang mengecam keras Korea Utara. Atas dasar tersebut, Amerika dan Korea Selatan mengumumkan latihan bersama angkatan laut empat hari termasuk akan diikuti oleh kapal induk AS USS George Washington dengan tujuan mencegah serangan Utara.[xv]

Untuk mempertegas kemarahannya, Korea Selatan menghentikan pengiriman bantuan pangan ke Korea Utara. September, Korea Selatan menjanjikan paket bantuan senilai 10 miliar won termasuk beras, mi instan, semen, dan pasokan barang darurat lainnya setelah banjir besar Agustus 2010 yang menghantam Korea Utara.[xvi] Bahkan, Beberapa jet tempur, kapal perang, kapal selam, dan kendaraan lapis baja artileri telah disiagakan di Pulau Yeongpyeong dan sekitarnya, sebagai basis utama angkatan bersenjata Korea Selatan di perbatasan.[xvii] Hal ini membuktikan bahwa Korea Selatan tidak segan-segan untuk memulai perang dengan Korea Utara. Di sisi lain, Korea Utara pun mengatakan siap menyerang bila kedaulatannya dinodai meskipun hanya sejengkal.

Keterlibatan Amerika Serikat dan Jepang pun terlihat semakin kuat untuk mendukung pertahanan dan kepercayaan diri Korea Selatan terhadap Korea Utara. Bahkan, kedua negara tersebut menekan Cina—sekutu penting Korea Utara yang senantiasa member dukungan ekonomi dan diplomatic[xviii]—agar dapat membuat Korea Utara mengubah sikapnya. Negara-negara tersebut, termasuk Rusia, bahkan sudah cukup lama melakukan perundingan 6 negara yang dikenal dengan 6 Party-talks untuk meredam keinginan Korea Utara bertingkah, khususnya dalam nuklirnya.[xix]

6. Operational (structural) Options Points ?

Apa yang dilakukan oleh Korea Utara ini sesungguhnya adalah untuk mencari perhatian dunia internasional, khususnya negara tetangga bekas saudaranya yaitu Korea Selatan, serta Amerika Serikat.

Untuk menyelesaikan permasalah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan, yang harus dilihat adalah bagaimana cara terbaik untuk menghindari perseteruan lebih lanjut. Merujuk pada kondisi kedua negara tersebut, terlihat jelas terdapat jurang yang cukup besar antara Korea Utara dan Korea Selatan, khususnya dalam kehidupan sosial dan perekonomiannya. Oleh karena itu, yang harus dilakukan oleh Korea Selatan, sebagai kunci utama dalam kasus ini, adalah semakin mengembangkan Sunshine Policy[xx] nya.

Kebijakan yang mengarah pada bantuan ekonomi dan kerjasama ini diharapkan memberikan dampak yang baik dan menjadi pendekatan yang tepat kepada Korea Utara yang perekonomiannya tidak stabil. Sehingga akan terjalin hubungan yang baik yang pada akhirnya mempermudah perundingan dengan Korea Utara, khususnya masalah nuklir secara damai.

7. Communicate

Untuk mengkomunikasikan alternatif penyelesaian masalah, maka dibutuhkan kemampuan diplomasi yang baik dan tentunya. Sebagaimana arah kebijakan politik luar negeri Indonesia periode 2008-2014, yang mengatakan bahwa Indonesia akan semakin aktif dalam upaya perdamaian dunia dan penyelesaian konflik, maka Indonesia haruslah mampu memberi masukan alternatif tersebut kepada pemerintah Korea Selatan, sebagai diplomasi yang efektif terhadap Korea Utara.

8. International Systems

Hubungan konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan ini, bila berkembang semakin jauh, dalam artian apabila satu diantara kedua pihak tersebut melakukan serangan, maka bukanlah mustahil perang nuklir dapat pecah. Hal ini akan membawa dunia kepada perang dunia ketiga, karena perang kedua negara ini akan melibatkan sekutu-sekutu mereka, dan sekutu terbesar dari kedua pihak tersebut adalah negara besar yang sangat ekspansi dalam militer maupun perekonomian, yaitu Cina dan Amerika Serikat.

Ditambah lagi dengan Amerika Serikat dan Jepang yang berada dalam NATO, tentunya akan menyeret lebih banyak lagi aktor-aktor di dalamnya. Kehancuran yang besar tidak akan mungkin terhindarkan bila konflik ini berlanjut dan semakin panas. Konstelasi politik dunia kemungkinan akan terbagi lagi seperti apa yang ada di Perang Dingin, komunisme vs liberalisme.

Endnote



[iii] Kebijakan untuk membendung penyebaran komunisme di dunia, berdasarkan Doktrin Truman.

[vi] Ibid,.

[ix] http://internasional.kompas.com/read/2010/11/23/20451743/AS.Kecam.Penembakan.Korut. Diakses pada tanggal 29 Desember 2010. Pukul 11.30 WIB.

[x] Ibid,.

[xx] Mohtar Mas’oed dan Yang Seung-Yoon. Memahami Politik Korea. Yogyakarta: Gadjah Mada Univeristy Press. 2005. Hal 245.


Istilah sunshine atau sinar matahari diambil oleh presiden Dae-Jung dengan menganalogikan Korea Utara sebagai orang yang dingin, tertutup, dan menggunakan jaket tebal. Oleh karenanya, dengan pancaran sinar matahari yang terus menerus diharapkan orang tersebut akan membuka jaketnya dan menjadi orang yang terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar